Dahulu kala, di Pulau Sumatera ada seorang gadis cantik bernama Putri Pinang Masak. Putri ini sangat terkenal akan kecentikannya. Kulitnya putih kemerah- merahan seperti namanya, yaitu bagai kulit pinang yang masak. Siapa yang memandangnya, pasti akan terpesona. Akan tetapi, bukan hanya karena kecentikan lahiriah diri gadis itu yang membuatnya terkenal, melainkan juga karena sifatnya yang lemah lembut dan baik hati sehingga membuat siapa saja akan selalu menyukainya.
Kota Dongeng Anak
Rabu, 28 Agustus 2013
Raja dan Burung Kenari
Di suatu negeri terdapat sebuah istana yang megah.Di istana itu tinggal seorang raja. Di belakang istana terhampar hutan pinus. Di hutan pinus itu, sering terdengar suara burung kenari yang sangat merdu. Anehnya, burung itu hanya bernyanyi 2 kali sekari yaitu menjelang subuh dan magrib. Raja tergoda oleh suara burung itu. Raja pun memerintahkan semua pengawalnya untuk menangkap burung itu, namun sangat sulit. Para pengawal takut Baginda murka. Jika Baginda Raja sampai murka, mereka semua bisa kena hukum berat. Tiba- tiba seorang tukan sapu istana menawarkan diri. Tentu saja, para pengawal dan para menteri merasa terhina. "Tahu apa kamu tentang burung kenari itu?Kami saja yang berusaha menangkap burung tersebut selama satu bulan ini tidak mampu!" ujarMenteri Kemakmuran.
Asal Mula Rumah Siput
Pada zaman dahulu, siput tidak membawa rumahnya kemana- mana. Pertama kali siput tinggal di sarang burung yang sudah ditinggalkan oleh induk burung. Malam terasa hangat dan siang terasa sejuk karenadaun- daun pohon memutupi sinar matahari. Tetapi ketika musim hujan datang, daun- daun itu tidak bisa lagi menutupi air hujan. Siput menjadi basah dan kedinginan, kemudian siput pindah kedalam lubang yang ada dibatang pohon. "Jika hari panas, aku bisa terlindung dan jika turun hujan aku tetap terlindung, sepertinya aku menemukan rumah yang cocok untukku" gumam siput. Tetapi di hari yang cerah datanglah burung pelatuk, tok...tok...tok... Burung pelatuk terus saja mematuk batang pohon tempat rumah siput, siput jadi terganggu dan tidak bisa tidur.
Asal Mula Guntur
Dahulu kala peri dan manusia hidup berdampingan dengan rukun. Mekhala, si peri cantik dan pandai, berguru pada Shie, seorang pertapa sakti. Selain Mekhala, Guru Shie juga mempunyai murid laki-laki bernama Ramasaur. Murid laki-laki ini selalu iri pada Mekhala karena kalah pandai. Namun Guru Shie tetap menyayangi kedua muridnya. Dan tidak pernah membedakan mereka. Suatu hari Guru Shie memanggil mereka dan berkata, “Besok, berikan padaku secawan penuh air embun. Siapa yang lebih cepat mendapatkannya, beruntunglah dia. Embun itu akan kuubah menjadi permata, yang bisa mengabulkan permintaan apapun.” Mekhala dan Ramasaur tertegun. Terbayang oleh Ramasaur ia akan meminta harta dan kemewahan. Sehingga ia bisa menjadi orang terkaya di negerinya.
Landi, Landak yang Kesepian
Di hutan yang rindang, hidup seekor anak landak yang merasa kesepian. Landi namanya. Landi tidak mempunyai teman karena teman-temannya takut tertusuk duri tajam yang ada di badannya. "Maaf Landi, kami ingin bermain denganmu, tapi durimu sangat tajam," kata Cici dan teman-temannya. Tinggallah Landi sendirian. Ia hanya bisa bersedih. "Mengapa mereka tidak mau berteman dan bermain denganku?, padahal tidak ada seekor binatang pun yang pernah tertusuk duriku," gumam Landi.
Puteri Tidur
Dahulu kala, ada sepasang Raja dan Ratu yang berbahagia, karena setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya Ratu melahirkan seorang Puteri. Raja dan Ratu mengundang tujuh peri untuk datang dan memberkati Puteri yang baru saja lahir itu. Dalam acara megah yang diselenggarakan sebagai penghormatan kepada para peri itu, masing-masing peri memberikan berkat kepada sang Puteri. Peri pertama mengatakan “Kamu akan menjadi Puteri tercantik di dunia.”Peri kedua mengatakan “Kamu akan menjadi seorang Puteri yang periang.”Peri ketiga mengatakan “Kamu akan selalu mendapatkan banyak kasih sayang.”Peri keempat mengatakan “Kamu akan dapat menari dengan sangat anggun.”Peri kelima mengatakan “Kamu akan dapat bernyanyi dengan sangat merdu.”
Minggu, 25 Agustus 2013
Kemarua Panjang
Siang itu panas sekali. Matahari bersinar garang. Tapi hal itu tidak terlalu dirasakan oleh Kancil. Dia sedang tidur nyenyak di bawah sebatang pohon yang rindang. Tiba-tiba saja mimpi indahnya terputus. “Tolong! Tolong! ” terdengar teriakan dan jeritan berulang-ulang. Lalu terdengar suara derap kaki binatang yang sedang berlari-lari. “Ada apa, sih?” kata Kancil. Matanya berkejap-kejap, terasa berat untuk dibuka karena masih mengantuk. Di kejauhan tampak segerombolan binatang berlari-lari menuju ke arahnya. “Kebakaran! Kebakaran! ” teriak Kambing.
Langganan:
Postingan (Atom)